Februari 24, 2009

Imam Ghazali

NASEHAT IMAM GHAZALI

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya….pertama,”Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”. Murid-muridnya menjawab “orang tua,guru,kawan,dan sahabatnya”. Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah “MATI”. Sebab itu sememangnya janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali Imran 185)

Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua…. “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?”. Murid -muridnya menjawab “negara Cina, bulan, matahari dan bintang -bintang”. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawapan yang mereka berikan itu adalah benar. Tapi yang paling benar adalah “MASA LALU”. Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga…. “Apa yang paling besar di dunia ini?”. Murid-muridnya menjawah “gunung, bumi dan matahari”. Semua jawapan itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “NAFSU” (Al A’Raf 179).Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Pertanyaan keempat adalah, “Apa yang paling berat di dunia ini?”. Ada yang menjawab “besi dan gajah”. Semua jawapan adalah benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah “MEMEGANG AMANAH” (Al Ahzab 72).Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.

Pertanyaan yang kelima adalah, “Apa yang paling ringan di dunia ini?”…Ada yang menjawab “kapas, angin, debu dan daun-daunan”. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara bermesyuarat kita meninggalkan sholat.

Dan pertanyaan keenam adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?”…Murid-muridnya menjawab dengan serentak, “pedang”. Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah “LIDAH MANUSIA” Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Februari 20, 2009

Liberalisme

Liberalisme

Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.

Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya kapitalisme.

Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan mayoritas. Bandingkan Oxford Manifesto dari Liberal International: "Hak-hak dan kondisi ini hanya dapat diperoleh melalui demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati tidak terpisahkan dari kebebasan politik dan didasarkan pada persetujuan yang dilakukan dengan sadar, bebas, dan yang diketahui benar (enlightened) dari kelompok mayoritas, yang diungkapkan melalui surat suara yang bebas dan rahasia, dengan menghargai kebebasan dan pandangan-pandangan kaum minoritas.

Kebebasan adalah tujuan tersendiri bagi liberalis. Tanpa kebebasan manusia tidak dapat hidup dan masyarakat tidak dapat berfungsi. Karena itu gagasan kebebaan di setiap masa dan tempat selalu memainkan peran. Tradisi-tradisi hukum alam di jaman kuno dan abad pertengahan pun telah menuntut ruang kebebasan yang terjamin dari cengkeraman kekuasaan yang masih mengutamakan masyarakat di atas individu.

Baru di era Aufklärung (jaman pencerahan), kebebasan individu menjadi premis yang dapat melegitimasi tatanan hukum dengan sebenarnya. Dalam bukunya “Two Treatises on Government” (1690) John Locke pernahmerumuskan bahwa manusia adalah miliknya sendiri. Negara didasari pada suatu perjanjian yang dijalani manusia dalam rangka melindungi hak-hak mereka atas kebebasan, hidup dan milik.

Kutipan diatas berasal dari newsletter tentang “liberalisme” yang diterbitkan oleh Friedrich Naumann Stiftung, yang dapat anda download secara utuh dibawah ini.

Liberalisme dan Agama

Pandangan-pandangan liberalisme dengan paham agama seringkali berbenturan karena liberalisme menghendaki penisbian dari semua tata nilai, bahkan dari agama sekalipun. meski dalam prakteknya berbeda-beda di setiap negara, tetapi secara umum liberalisme menganggap agama adalah pengekangan terhadap potensi akal manusia.

A: "'Liberalisme' didefinisikan sebagai suatu etika sosial yang menganjurkan kebebasan dan kesetaraan secara umum." - Coady, C. A. J. Distributive Justice, A Companion to Contemporary Political Philosophy, editors Goodin, Robert E. and Pettit, Philip. Blackwell Publishing, 1995, p.440. B: "Kebebasan itu sendiri bukanlah sarana untuk mencapai tujuan politik yang lebih tinggi. Ia sendiri adalah tujuan politik yang tertinggi."- Lord Acton

Apa itu Liberal dan apa itu Liberalisme?

Berikut ini adalah sebuah opini yang disampaikan oleh Al-Mustaqeem Mahmod Radhi (Pengarah Eksekutif, Middle-Eastern Graduates Centre) dalam sebuah diskusi pada tanggal 11 Agustus 2006, yang diadakan oleh Open Dialogue Centre (ODC), sebuah think tank yang memfokuskan diri pada penyebaran gagasan kebebasan, terutama bagi kaum muda di Malaysia.

Dalam artikel ini Mahmod Radhi menjelaskan mengenai makna kata liberal dan sejarah kemunculan konsep ini. Secara menarik Mahmod Radhi melangkah menjelaskan konsep ini dari sebuah perjalanan sejarah kedalam situasi kontekstual, disertai berbagai contoh dan pengandaian yang cukup jelas.

Meskipun bahasa Melayu yang dipergunakan adalah dialek Malaysia namun tak ada salahnya pula bagi kita di Indonesia membacanya, menjadikan sebuah perbandingan yang berharga.

Al-Mustaqeem Mahmod Radhi mempunyai pengalaman lima tahun dalam bidang penulisan dan kewartawanan dan pernah bekerja sebagai wartawan di surat kabar Berita Keadilan dan editor di majalah seni-budaya Siasah.

Penulis dan penterjemah bebas ini mempunyai minat dalam bidang seni-budaya. Sewaktu masih belajar di Jordan pada tahun 1995 beliau menulis dan mengarahkan teater Melayu pertama di Jordan, berjudul Kerapu. Walaupun tidak pernah mendapat pendidikan formal dalam bidang tersebut, pengalamannya bersama majalah Siasah mendekatkannya dengan dunia tersebut dan mereka yang terlibat aktif di dalamnya.

Sejak majalah Siasah terhenti, tulisan Al-Mustaqeem hanya dapat ditemui di Kakiseni.com, karena ia belum berencana menerbitkannya pada penerbitan lain.

Al-Mustaqeem adalah Lulusan Syariah dan Pengajian Islam, Universiti Mu'tah, Jordan. Beliau merupakan penggagasa Komunite Seni Jalan Telawi (KsJT), penganjur Acara Baca Puisi Keliling (Apuke). Pada saat ini Mahmod Radhi dan rekan-rekannya di KsJT aktif menganjurkan dialog dan forum yang berkaitan dengan senibudaya.

Februari 17, 2009

Tata Krama

Tata Krama Terhadap Kedua Orang Tua

Ibu dan ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya dan kasih sayangnya kepada anaknya, dan merekamempunyai tanggungjawab yang besar terhadap anaknya tersebut. Jasa mereka tidak dapat dihitung dan dibandingkan dengan harta, kecuali mengembalikan menjadi merdeka sebagi manusia mempunyai hak kemanusiaan yang penuh setelah menjadi budak atau hamba sahaya karena sesuatu keadaan yang tidak diinginkan. Zaman sekarang tidak ada lagi perbudakan.

Kalau Ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara langsung, maka bapak pun merawatnya, mencari nafkahnya, membesarkannya, mendidiknya dan lain-lain sehingga kita dapat sekolah, disamping usaha ibu. Oleh karena itu, kedua orang tua merupakan orang yang pertama kali berhak untuk dihormati, dita’ati, dicintai dan dimuliakan dari segalanya sebelum orang lain.

Agama islam telah memberikan tuntunan kepada kita untuk bertatakrama (berakhlaq) yang baik, dengan cara : melaksanakan perintahnya, menghormati dan mencintainya, mendengarkan nasihat-nasihatnya, mendo’akan keduanya, selalu menjabat dan mencium kedua tangannya bila bepergian, menjauhi setiap perkataan yang menyakitkan hati keduanya, menjauhi bermuka masam (cemberut), menjahui memandang keduanya denagn mata yang tajam (melotot), tidak mencari marah keduanya, dan lain-lain.

Firman Allah SWT QS. Al-Isro (17) : 23 – 24

Berakhlaq baik kepada ibu dan bapak tidaklah semasa masih hidup, tetapi sesudah keduanya telah meninggal kita tetap berbuat baik kepada keduanya, yaitu dengan cara : melaksanakan sholat jenazah kepada keduanya, berdo’a kepada Allah untuk al-marhum agar diampuni dosa-dosanya, melaksanakan janji dan menyempurnakannya yang telah dibuat oleh al-marhum, memuliakan sahabat karib keduanya, dan lain-lain.

Waktu dan Syukur

Berulang tahun pada hakekatnya adalah mengurangi umur kita. dalam pemikiran filsafatnya kita contohkan saja, Allah telah memberi kita umur yang sudah ditentukan ya... boleh dibilang kalau umur kita itu sudah dipatok dari jaman azali nya. nah kalau umur kita sudah punya batasan misalnya 60 tahun maka apabila kita berulang tahun pada usia yang ke 20 tahun pada hakekatnya kita membawa umur kita yang sudah ditentukan. kalau begitu tinggal berapa umur kita ? dari usia itu kita tinggal menunggu 40 tahun lagi untuk menunggu azal kita.
Waktu 40 tahun itu tidak lama, kenapa ? karena kita tahu bahwa seberapa lama waktu yang akan datang, maka waktu itu ada didepan mata. artinya bahwa waktu itu akan kita lalui tampa terasa.
Disini kita harus menyadari bahwa pemanfaattan waktu itu sangatlah perlu. apalah menjalani hidup setiap hari kita hanya makan, tidur, main dan banyak lagi yang dapat membuang waktu dengan percuma. untuk itu ciptakanlah kekreatifan dalam hidup. Gunakanlah waktu yang sebaik-baiknya. Bersyukurlah atas nikmat yang Allah telah berikan kepada kita, mungkin orang yang tak pernah bersyukur ia tak akan merasakan nikmat dari allah dan mungkin menganggap bahwa bernafas buka merupakan suatu nikmat dari Allah. Tetapi cam kan, bahwa kita bisa bernafas itu merupakan nikmat yang amat besar, mengapa ? coba bayangkan apa jadinya apabila kita tidak bisa bernafas ?
Untuk itu marilah kita sama-sama untuk mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya dan menjadi orang yang selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita semua.
Dari pembahasan diatas dapatlah kita simpulkan pertama, gunakanlah waktu sebaik-baiknya, karena waktu yang telah berlalu tidak akan kita alami lagi. kedua, biasakanlah untuk menjadi hamba Allah yang selalu bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada kita semua.

Februari 16, 2009

Ciri-ciri Manusia Unggul

Oleh: Bahagian Penerbitan JAKIM

Pendahuluan

Manusia unggul adalah mereka yang memenuhi ciri-ciri individu Islam yang sebenarnya menurut kehendak Al-Quran dan as-Sunnah dalam seluruh aspek kehidupan. Bagi mewujudkan manusia unggul, seseorang itu hendaklah memiliki ciri-ciri keunggulan iaitu keimanan yang utuh, amal lbadat yang meliputi lbadat khususiah dan fardhu kifayah dan akhlak mulia yang merupakan cermin keimanan dan amal salih.

1. Keimanan Yang Utuh

Keimanan kepada Allah swt adalah paksi pembinaan negara dan ummah. Dengan keimanan itu akan lahirlah individu yang unggul dan masyarakat yang berbudi luhur, berdisiplin dan beramanah demi kebaikan dania dan akhirat. Allah swt berfirman dalam surah al-Asr:

“Demi masa sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian kecuali orang yang beriman dan beramal salih yang berpesan dengan kebenaran dan berpesan dengan kesabaran”:( Surah al-Asr : 1-3)

Dalam ayat ini Allah swt menjelaskan bahawa manusia yang beruntung ialah mereka yang beriman dan beramal salih.

Beriman kepada Allah adalah proses peralihan jiwa manuisa daripada menganggap dirinya bebas daripada sebarang kuasa dan ikatan serta tanggungjawab kepada ketundukan mengaku tanpa syarat bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu Rasulullah.

Iman merangkumi tiga unsur utama, pengetahuan yang mendalam, kepercayaan yang jitu dan keyakinan yang teguh. Ketiga-tiga unsur ini akan membentuk iman yang kukuh yang menjadi tonggak kekuatan ruhaniyah yang cukup kental untuk membina jiwa dan jasmani manusia. Keteguhan iman juga merupakan penghalang daripada melakukan kejahatan dan maksiat.

2. Pelaksanaan Amal lbadat

Keimanan tanpa ketaatan melalui amal lbadat adalah sia-sia. Seseorang yang berperibadi unggul akan tergambar jelas keimanannya melalui amal perbuatan dalam kehidupan sehariannya. Bahkan jika dikaji tujuan Allah menjadikan manusia itu sendiri ialah supaya beribadat kepada-Nya. Firman Allah swt :

“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia itu melainkan untuk beribadat”: ( Surah az-Zariat : 56)

lbadat adalah bukti ketundukan seseorang hamba setelah mengaku beriman kepada Tuhannya. lbadat yang dimaksudkan di sini termasuklah lbadat khususiah yang menyentuh fardhu ain dan juga fardhu kifayah yang merangkumi hubungan manusia sesama manusia.

Justeru itu, bagi individu yang berperibadi unggul, seluruh hidupnya baik hubungannya dengan Pencipta ataupun masyarakat adalah dianggap ibadat. Allah swt berfirman:

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman iaitu orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, orang yang menjauhkan dirinya (dari perbuatan) yang tidak berguna, orang yang menunaikan zakat dan orang yang menjaga kehormatannya kecuali terhadap isteri-isterinya atau hamba yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela”. ( Surah al-Mukminun : 1-6 )

3. Akhlak Mulia

Akhlak mulia bagi peribadi unggul adalah hasil keimanan yang kental. Ini disebabkan tali ikatan yang menjalinkan hubungan antara individu dengan masyarakat terbentuk melalui nilai-nilai dan disiplin yang diamalkan oleh anggota masyarakat tersebut.

Sekiranya nilai yang diamalkan itu positif maka akan lahirlah sebuah masyarakat yang aman, damai, harmoni dan diselubungi roh Islam. Rasulullah s.a.w adalah contoh utama pembentukan akhlak. Dalam sebuah hadith, baginda s.a.w bersabda:

“Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak Yang mulia”( Riwayat Ahmad )

Beberapa nilai yang baik dalam akhlak Islam yang menjadi tonggak amalan bagi melahirkan individu unggul ialah:

a) Amanah

Amanah adalah sifat mulia yang mesti diamalkan oleh setiap orang. la adalah asas ketahanan umat, kestabilan negara, kekuasaan, kehormatan dan roh kepada keadilan. Firman Allah swt:

“Maka tunaikanlah oleh orang yang diamanahkan itu akan umanahnya dan bertaqwalah kepada Allah, Tuhannya”. ( Surah al-Baqarah : 283 )

b) Ikhlas

Ikhlas adalah inti setiap ibadah dan perbuatan. Firman Allah swt:

“Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadat kepada-Nya”:(Surah al-Bayyinah: 5)

Ikhlas akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan. Masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas akan mencapai kebaikan dunia dan akhirat, bersih daripada sifat kerendahan dan mencapai perpaduan, persaudaraan, perdamaian dan kesejahteraan. Sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud:

"Bahagialah dengan limpahan kebaikan bagi orang-orang yang bila dihadiri (berada dalam kumpulan) tidak dikenali, tetapi apabila tidak hadir tidak pula kehilangan. Mereka itulah pelita hidayat. Tersisih daripada mereka segala fitnah dan angkara orang yang zalim ".( Riwayat Imam al-Baihaqi )

c) Tekun

Islam menggalakkan umatnya supaya tekun apabila melakukan sesuatu pekerjaan sehingga selesai dan berjaya. Sabda Rasulullah s.a.w.

"Sesungguhnya Allah swt menyukai apabila seseorang kamu bekerja dia melakukan dengan tekun ". ( Riwayat Abu daud )

Sifat tekun akan meningkatkan produktiviti ummah, melahirkan suasana kerja yang aman dan member) kesan yang baik kepada masyarakat.

d) Berdisiplin

Berdisiplin dalam menjalankan sesuatu kerja akan dapat menghasilkan mutu kerja yang cemerlang. Hasrat negara untuk maju dan cemerlang akan dapat dicapai dengan lebih cepat lagi.

Dengan berdisiplin seseorang itu akan dapat menguatkan pegangannya terhadap ajaran agama dan menghasilkan mutu kerja yang cemerlang.

e) Bersyukur

Bersyukur dalam konteks peribadi unggul berlaku dalam dua keadaan: pertama; sebagai tanda kerendahan hati terhadap segala nikmat yang diberikan oleh Pencipta sama ada sedikit atau banyak, kedua; bersyukur sesama makhluk sebagai ketetapan daripada Allah swt supaya kebajikan sentiasa dibalas dengan kebajikan. Allah swt berfirman:

"Demi sesungguhnya jika kamu bersyukur maka Aku akan tambahkan nikmat-Ku kepada kamu dan sekiranya kamu kufur, sesungguhnya azab-Ku amatlah keras ". ( Surah Ibrahim : 7 )

f) Sabar

Di dalam menghadapi cabaran hidup, kesabaran amat penting untuk membentuk peribadi unggul seperti yang dikehendaki Allah swt Firman Allah swt :

“Wahai arang-orang yang beriman, bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara perkara kebajikan) dan kuatkanlah kesabaran kamu (lebih daripada kesabaran musuh di medan perjuangan) dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di daerah-daerah sempadan) serta bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu berjaya”: (Surah All Imran : 200)

g) Adil

Adil bermaksud meletakkan sesuatu pada tempatnya. Para ulama membahagikan adil kepada beberapa peringkat iaitu adil terhadap diri sendiri, orang bawahan, pemimpin atasan dan juga sesama saudara. Sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud;

“Tiga perkara yang menyelamatkan iaitu takut kepada Allah ketika bersendirian dan di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka dan marah dan berjimat cermat ketika susah dan senang; dan tiga perkara yang membinasakan iaitu mengikut hawa nafsu terlampau bakhil dan kagum seseorang dengan dirinya sendiri”. (Riwayat Abu Syeikh)

Kesan Manusia Beruntung Dalam Kehidupan

Seorang manusia yang memiliki sifat-sifat unggul adalah sangat beruntung kerana ia mampu mengemudi hidupnya dengan sempurna. Kondisi ini membuatkan ia dapat berperanan dengan baik kepada dirinya dan alam sekeliling.

Kesan Kepada Diri Sendiri

Manusia unggul akan berjaya melaksanakan amanah dan tanggungjawab dengan sebaik-baiknya dan sentiasa dapat memenuhi tuntutan-tuntutan rohani dan jasmaninya dengan terkawal. Aspek-aspek rohani dan jasmani manuisa yang terdiri daripada empat perkara asas iaitu akal fikiran, roh, jasad dan syahwat akan dapat dididik dan dipandu berdasarkan fitrah sebenar berdasarkan fungsi kejadian manusia itu sendiri sebagai makhluk istimewa dan khalifah Allah yang diamanahkan untuk memakmurkan bumi ini.

Akal fikiran yang diciptakan Allah swt merupakan mahkota berharga yang menampilkan imej manusia. la berkeupayaan menerima ilmu, berfikir, membezakan yang baik dan buruk, boleh diajar dan dididik serta boleh menyampaikannya kepada orang lain. Melalui akal, seseorang itu mendapat hidayah dan petunjuk Allah swt menerusi pemerhatian dan penghayatan terhadap kejadian-kejadian alam dan aiaran-ajaran yang disampaikan oleh orang lain.

Al-Quran menggesa manusia supaya menggunakan akal fikiran, memerhati dan mengkaji kejadian-kejadian alam ini. Pemerhatian dan pengkajian ini mempunyai faedah yang sangat besar iaitu memenuhi dan mempertingkatkan kemajuan hidup yang kemudiannnya akan menemui hakikat kebesaran Allah swt sebagai Pencipta yang Maha Agung. Dengan itu la selaku makhluk yang mempunyai daya akal dan keupayaan akan tunduk patuh kepada kekuasaan Allah swt dengan penuh kesedaran dan akan melaksanakan kehidupan ini dalam situasi yang betul dan menuju keredhaan Allah swt.

Roh dan nyawa adalah komponen utama manusia. Adalah terlalu sulit untuk diperkatakan kerana ia sebenarnya urusan Allah swt Walaupun demikian ia amat mustahak kerana dengannya manusia boleh hidup, bernafas, mendenyutkan nadi, rnemberikan dorongan dan kekuatan perasaan.

Satu lagi komponen manusia ialah jasad yang merangkumi kulit, daging, otot, urat, darah, tulang, anggota pancaindera dan lain-lain. Masing-masing mempunyai fungsi tersendiri dan meyempurnakan antara satu sama lain iaitu sesuai dengan kejadian manusia yang dijadikan Allah swt sebagai sebaik-balk kejadian. Seseorang yang terdidik dengan nilai-nilai unggul, jasadnya akan bergerak di atas panduan yang betul. Dia akan menggunakan kudratnya melakukan kerja-kerja yang balk, rehat dan tidur dengan seimbangnya, memakan makanan yang bersih dan halal, menjaga kesihatan diri, mengguna dan memelihara pancaindera dari sebarang kemudharatan, dosa dan sebagainya. lni sesuai dengan firman Allah swt:

“ ... dan janganlah kamu sengaja mencampakkan diri ke dalam bahaya kebinasaan” (Surah al-Baqarah : 195 )

Jelasnya jasad perlu dijaga supaya tidak terdedah kepada kebinasaan, penyakit dan sebarang kecacatan kerana kesempurnaan jasad turut membantu keunggulan hidup seseorang.

Unsur seterusnya yang dikurniakan kepada manusia ialah nafsu syahwat. Imam al-Ghazali pernah mengumpamakan nafsu sebagai binatang liar, bermakna ia sesuatu yang sukar dikawal. Sekiranya nafsu dapat dididik dan dikawal, la akan menjadi jinak dan tunduk menurut segala kemahuan diri manusia. Tetapi sekiranya la tidak dididik dan dikawal, dengan mudah la menjadi raja kepada diri seseorang untuk melakukan apa sahaja kemahuan yang lebih cenderung kepada keburukan. Firman Allah swt;

“Sesungguhnya nafsu manusia itu sangat menyuruh melakukan kejahatan kecuali orang-orang yang telah diberi rahmat oleh Tuhanku (maka terselamatlah ia dari hasutan nafsu itu)”. ( Surah Yusuf ; 53 )

Bagi menenuhi keinginan syahwat ini, Islam membenarkan perkahwinan. Dengan demikian umat manusia akan membiak dan berkembang dengan cara yang betul di samping sebagai salah satu pengecapan kurniaan nikmat Allah swt dalam hidup berkeluarga.

Jelasnya, kejayaan atau kegagalan seseorang itu melaksanakan tanggungjawab, khususnya kepada diri sendiri adalah bergantung kepada berjaya atau gagalnya la memenuhi tuntutan keempat-empat perkara tersebut. Aspek-aspek ini adalah asas pembangunan keluarga, masyarakat dan negara.

Kesan Kepada Keluarga

Seseorang insan yang unggul akan mudah mengatur urusan hidup keluarganya. la dapat merencanakan soal-soal penddikan, saraan, pergaulan dan pembangunan keluarganya dengan tarbiah Islamiah. la dapat menjalankan tugasnya sebagai ra'i atau ketua keluarga dan dalam masa yang sama sebagai abid atau hamba Allah yang sentiasa menjaga hubungannnya dengan Allah swt.

Dalam sesebuah keluarga, aspek-aspek kesihatan fizikal adalah sangat perlu. Ini kerana kesejahteraan pemikiran dan kerohanian seseorang bergantung rapat kepada kesejahteraan fizikal. Seseorang mukmin yang kuat adalah lebih baik daripada yang lemah. Minda yang sihat akan lahir dari tubuh badan yang sihat. Oleh itu, tarbiah jasmaniah seperti yang dituntut oleh syarak perlulah dilaksanakan dalam keadaan yang teratur. Umpamanya dalam pemilihan makanan mestilah yang bersih, balk dan dari sumber yang halal. Amalan buruk yang boleh memudaratkan badan seperti merokok, meminum minuman keras, menyalahgunakan dadah dan sebagainya, hendaklah dijauhi. Sekiranya ketentuan in] tidak dipatuhi, kesihatan jasmani akan teriejas dan boleh memberi kesan buruk kepada mental, fizikal dan spiritual.

Pendidikan rohani pula adalah aspek yang penting. la merangkumi keimanan, pengamalan syariat, pelaksanaan tanggungjawab sebagai seorang muslim serta pembangunan mental dan spiritual. Seorang ketua keluarga bertanggungjawab membentuk dan mendidik keiuarganya mengamalkan tuntutan-tuntutan yang dikehendaki oleh Islam. Dalam masa yang sama menjauhi perkara-perkara yang haram dan makruh. la juga mestilah memastikan ketulenan akidah keluarganya dan membersihkannya dari sebarang bentuk kekufuran dan kesyirikan serta mengikis jiwa dari kekotoran dan penyakit rnelalui amalan dan latihan yang mantap serta berterusan. Firrnan Allah swt:

“Sesungguhnya berjayalah orang yang ( setelah menerima peringatan itu) berusaha membersihkan dirinya (dengan taat dan amal soleh) dan menvebut-nyebut dengan lidah dan hatinya akan nama Tuhannya serta mengerjakan sembahyang ( dengan khusyuk)”:( Surah al-A' la : 14-15 )

Seperti yang telah dinyatakan akal fikiran sangat berharga bagi manuisa. Islam juga menuntut umatnya supaya menggunakan akal fikiran dengan betul. Islam menyuruh manusia supaya menuntut ilmu yang bermanfaat dan ilmu itu pula hendaklah disebarkan melalui proses pengajaran dan pengembangan.

Seiring dengan kekuatan pemikiran, pendidikan akhlak adalah amat mustahak. Seseorang ketua yang unggul adalah model yang berkesan dalarn pendidikan akhlak kehiarganya. la perlu membimbing ahli keluarganya dengan akhlak Islamiah berdasarkan ilmu dan pengalaman yang ada padanya. Kegagalan sesetengah keluarga untuk mengamalkan akhlak islamiah kebanyakannya berpunca daripada kegagalan ketua keluarga atau ibu bapa masing-masing yang tidak mengamalkan nilai-nilai murni seperti yang ditetapkan oleh Islam. Sebab itulah ibu bapa perlu membentuk keunggulan diri mereka terlebih dahulu sebelum amalan itu dapat diperturunkan kepada anak-anak mereka.

Seorang ketua keluarga juga dapat mengatur soal kehidupan ekonomi dan sosial keluarganya berpandukan nilai-nilai yang balk, la akan mempunyai rasa tanggungjawab untuk mempertingkatkan taraf hidup keluarganya dengan mengamalkan sikap bersungguh-sungguh dalam kerjaya. la berkeyakinan bahawa kesungguhan bekerja adalah suruhan agama yang perlu ditunaikan. Dengan demikian la akan membawa keluarganya keluar dari ruang lingkup kemiskinan yang menjadi salah satu musuh Islam yang boleh membawa kepada kekufuran seperti sabda Rasulullah s.a.w:

“Hampir-hampir kefakiran itu membawa kepada kekufuran”. (Riwayat Abu Naim )

Kesan Kepada Masyarakat, Negara Dan Ummah

Seseorang insan yang unggul akan memastikan hubungan kemasyarakatan dan keluarganya berada dalam satu ikatan yang jitu. Prinsip-prinsip hubungan kejiranan dan masyarakat di sekitarnya akan diasaskan kepada panduan-panduan yang digariskan oleh Islam. Firman Allah swt:

“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (agama Islam) dan janganlah kamu bercerai berai…” ( Surah All Imran : 103 )

“Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa jua dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua-dua ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, jiran tetangga yang dekat, jiran tetangga yang jauh, rakan sejawat, orang musafir yang terlantar dan juga hamba sahaya yang kamu miliki” : ( Surah an-Nisa' : 36 )

Sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud:

“Hubungan orang mukmin dengan orang mukmin yang lain adatah seperti sebuah bangunan yang menguatkan antara satu sama lain”. (Riwayat at-Tabarani).

Setiap kelompok masyarakat perlu memberi perhatian berat kepada bidang pendidikan. Insan yang beruntung dalam sesebuah masyarakat akan memudahkan usaha dan perancangan untuk meningkatkan kualiti masyarakat melalui aktiviti pendidikan, pengajian dan muamalat.

Penghayatan agama juga sangat mustahak. Merekalah yang akan mengembangkan penghayatan ajaran Islam melalui aktiviti-aktiviti yang berfaedah melalui cara-cara yang formal atau tidak formal. Susasana ini bukan sahaja dapat melahirkan masyarakat yang harmoni dan berdisiplin, tetapi juga akan menampakkan masyarakat yang mempunyai imej yang tinggi serta mendapat keberkatan daripada Allah swt.

Seperti yang diketahui, keterampilan seseorang individu atau masyarakat dengan ilmu agama semata-mata tanpa ilmu duniawi adalah sesuatu yang tidak sempurna. Dalam erti kata lain, seseorang muslim perlu mendapatkan pengetahuan yang luas dan kemahiran yang tinggi dalam ilmu selain ilmu agama yang menjadi keperluan asasi. la meliputi ilmu ekonomi, politik dan sosial yang perlu diketahui sebagai alat untuk meletakkan diri masing-masing dalam arus perdana kehidupan bermasyarakat dan beragama. Dengan sebab itu bidang ekonomi, politik dan sosial mesti diketahui dan diceburi secara bersungguh-sungguh sekurang-kurangnya pada tahap yang paling asas. Bidang-bidang ini merupakan urusan hidup yang menjadi sebahagian penting yang dikehendaki oleh ajaran Islam seperti yang dijelaskan dalam firman Allah swt:

“Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan oleh Allah kepadamu (pahala dan kebahagiaan) hari akhirat dan jangan lah engkau melupakan bahagianmu (keperluan dan bekatanmu ) dari dunia”: ( Surah al-Qasas : 77 )

Selain bidang sosial dan ekonomi, bidang politik juga menjadi perkara yang penting dalam sesebuah masyarakat. Kestabilan politik sesebuah negara adalah berpunca daripada keunggulan dan kekuatan yang ada pada diri setiap individu, yang kemudiannya membentuk satu ikatan warga negara yang kukuh.

Apabila sesebuah masyarakat itu kukuh, akan lahir pula tokoh-tokoh berwibawa yang boleh diharap menjadi pemimpin bagi setiap kelompok masyarakat. Pemimpin ini pula perlu mempunyai ilmu, kemahiran dan sifat-sifat unggul sebagai pemimpin. Dia perlu diberi kepercayaan dan sokongan supaya masyarakat dan negara dapat dibawa kepada pencapaian matlamat kemakmuran hidup dan keredhaan Allah swt seperti yang dapat difahami daripada kisah negeri Saba' ( Yaman Tua ) yang diceritakan di dalam al-Quran :

“Demi sesungguhnya, adalah bagi penduduk negeri Saba' satu tanda (yang membuktikan kemurahan Allah) yang terdapat di tempat tinggal mereka, iaitu dua kumpulan kebun (yang luas lagi subur) yang terletak di sebelah kanan dan di sebelah kiri (kampung mereka). (Lalu dikatakan kepada mereka) : “Makanlah dari rezeki pemberian Tuhan kamu dan bersyukurlah kepada-Nya, (negeri karnu ini adalah) negeri yang baik (aman dan makmur) dan (Tuhan kamu adalah) Tuhan yang Amat Pengampun” : ( Surah Saba' : I5 ).

Dalam konteks kepentingan sejagat pula seseorang insan yang unggul akan mampu memimpin ummah di peringkat yang lebih luas. Kejayaan memimpin negara akan diikuti oleh negara lain sebagai model. Pemimpin yang berwibawa di arena antarabangsa ini diperintahkan oleh Islam supaya memberikan sumbangan untuk kesejahteraan ummah. Dengan itu tercapailah fungsi manusia sebagai khalifah Allah swt di atas muka bumi ini.

Penutup

Demikianlah antara kesan-kesan yang dapat dilahirkan oleh insan yang unggul dalam kehidupannya sama ada kepada diri, keluarga, masyarakat, negara dan ummah hasil daripada pegangan dan amalan terhadap nilai-nilai unggul seperti yang telah dinyatakan.